Menjawab Tantangan Zaman: Ketahanan Pangan dalam Perspektif Pemuda Ansor
- account_circle Z. A. Fikri
- calendar_month Sab, 12 Jul 2025
- visibility 70
- comment 0 komentar

Ketahanan pangan bukan lagi isu sektoral yang hanya menjadi tanggung jawab kementerian atau petani semata. Ia telah menjelma menjadi tantangan strategis bangsa, yang menentukan kualitas hidup, stabilitas sosial, hingga kedaulatan negara. Dalam konteks ini, kehadiran organisasi kepemudaan seperti Gerakan Pemuda Ansor tidak boleh bersifat pasif. Ketahanan pangan harus dipandang sebagai ladang jihad sosial yang menuntut peran nyata, sistematis, dan terorganisasi.
Sebagai bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama, Pemuda Ansor memiliki mandat moral dan sosial yang kuat: membumikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dalam ranah kebangsaan dan kemanusiaan. Ketahanan pangan adalah bagian dari upaya menjaga hifdzun nafs (menjaga jiwa) dan hifdzul maal (menjaga harta), dua dari lima prinsip utama maqashid syariah. Maka keterlibatan Ansor dalam program ketahanan pangan bukan hanya relevan, tetapi merupakan manifestasi dari nilai-nilai luhur yang selama ini diperjuangkan.
Di tengah disrupsi iklim, krisis global, dan ancaman ketimpangan ekonomi, pemuda tidak boleh hanya menjadi penonton. Pemuda Ansor memiliki tanggung jawab ganda—sebagai penjaga tradisi keagamaan dan agen perubahan sosial. Dalam program ketahanan pangan, mereka dapat memainkan peran strategis sebagai edukator, fasilitator, sekaligus inovator. Edukator untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya kemandirian pangan. Fasilitator dalam menjembatani petani dengan akses teknologi, permodalan, dan pasar. Inovator dengan memperkenalkan model pertanian urban, pertanian berkelanjutan, dan kolaborasi digital yang inklusif.
Program Ketahanan Pangan Ansor Pusat harus dijabarkan ke dalam program riil yang menyentuh akar rumput. Ranting dan cabang-cabang Ansor di desa-desa harus dilibatkan aktif dalam pendataan potensi lokal, seperti lahan tidur, komoditas unggulan, dan sumber daya manusia muda yang bisa diberdayakan. Kader-kader Ansor yang tersebar di seluruh Indonesia bisa menjadi motor penggerak koperasi pangan, bank benih, hingga lumbung pangan berbasis masjid atau pesantren. Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan masalah logistik pangan, tapi juga membangun kemandirian ekonomi umat.
Di sisi lain, keterlibatan Ansor dalam ketahanan pangan juga menjadi ruang konsolidasi kaderisasi yang produktif. Program ini dapat diintegrasikan dengan pelatihan kewirausahaan, penguatan kapasitas manajerial, hingga digitalisasi pemasaran produk-produk lokal. Dengan demikian, Ansor tidak hanya mencetak pemuda yang paham agama dan kebangsaan, tetapi juga kompeten dalam menjawab tantangan ekonomi zaman.
Namun demikian, penting untuk diingat bahwa ketahanan pangan bukan sekadar soal menanam dan memanen. Ia menyangkut visi jangka panjang tentang keadilan sosial, distribusi sumber daya, dan keberpihakan kepada rakyat kecil. Maka Ansor harus berdiri di garis terdepan untuk memastikan bahwa program ini tidak hanya menjadi proyek simbolik, tetapi benar-benar menyentuh dan memberdayakan masyarakat bawah.
Akhirnya, menyikapi program Ketahanan Pangan ini, Pemuda Ansor harus tampil sebagai pelopor yang merawat bumi, menumbuhkan harapan, dan meneguhkan cita-cita kemandirian bangsa. Dengan semangat hubbul wathan minal iman—cinta tanah air adalah bagian dari iman—Ansor tidak boleh tinggal diam. Saatnya membuktikan bahwa jihad hari ini bisa diwujudkan melalui cangkul di ladang, koperasi di desa, dan inovasi di lumbung pangan. Sebab dari lumbung-lumbung desa yang kuatlah, kedaulatan bangsa akan tumbuh dan lestari.
- Penulis: Z. A. Fikri